Senin, 30 Juni 2014

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



“ KONSTRUKTIVISME “
UAS
Psikologi Pendidikan
Nuraida, M.Si
Oleh :
Tifa Mufida F.H         (1113018200065)
Manajemen Pendidikan

A.    Latar Belakang Masalah
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggung jawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkaloborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus di interpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut.
Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan dimana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar makan pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut agar lebih matang.
Melihat dari permasalahan tersebut, saya akan membahas konstruktivisme untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.

B.     Tujuan Penulisan
·         Ranah Kognitif (C4)
Mahasiswa mampu memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
·         Ranah Afektif (A5)
Mahasiswa mampu membuktikan, apakah pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya telah berhasil diterapkan atau belum dalam memecahkan masalah.
·         Ranah Psikomotor (P2)
Mahasiswa mampu membangun pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari pemahamannya dalam memecahkan masalah.

C.     Teori
-          Pengertian
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya atau dengan kata lain anak dapat membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai pengalamannya (Bartlett 1932, Jonasson, 1991).
Dengan demikian, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas kaloboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian memungkinkan si pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si pembelajar dengan lingkungannya.
Inti dari kegiatan pembelajaran dalam hal ini adalah penataan lingkungan belajar. Lingkungan belajar berarti tempat dimana si pembelajar dapat berkerjasama dan saling mendukung satu sama lain, sebagaimana mereka menggunakan berbagai sarana dan sumber informasi dalam mencapai tujuan belajar dan aktivitas pemecahan masalah (Wilson, 1996). Sedangkan tujuan belajar menurut konstruktivis adalah menanamkan pada diri si pembelajar rasa tanggung jawab dan kemandirian, mampu mengembangkan studi, penyelidikan dan pemecahan masalah nyata, kebermaknaan dan berdasarkan situasi nyata, dan menggunakan aktivitas belajar dinamik yang dapat meningkatkan pada level operasi tingkat tinggi.
Menurut Eggen dan Kauchak (1997), ada empat ciri teori konstruktivis, yaitu : (1) dalam proses belajar, individu mengembangkan pemahaman sendiri, bukan menerima pemahaman dari orang lain, (2) proses belajar sangat tergantung pada pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya, (3) belajar difasilitasi oleh interaksi social, dan (4) belajar yang bermakna (meaningful learning) timbul dalam tugas-tugas belajar yang autentik.
Penerapan konstruktivisme dalam pendidikan dan pembelajaran
a.       Prinsip-prinsip penerapan konstruktivisme
1)      Belajar perlu dimulai dari isu-isu yang berkaitan dengan kegiatan siswa dalam mengkonstruk pemahaman dan pengetahuannya secara aktif.
2)      Proses pembelajaran pelu disusun dengan memperhatikan konsep utama dan bagian-bagian yang berkaitan dengan konsep utama tersebut.
3)      Pemahaman terhadap model mental yang digunakan siswa dalam memahami dunia sekitarnya dan asumsi-asumsi yang menjadi dasar dalam pengembangan model mental tersebut perlu dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses pembelajaran.
4)      Assessment merupakan bagian dari proses belajar.
5)      Berkaitan dengan pandangan konstruktivisme terhadap kemampuan siswa dalam membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri.
6)      konstruktivisme menganjurkan agar menghindari pemberian nilai berdasarkan tes yang telah distandarisasi.
7)      Pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menekankan peranan pendidikan dalam menghubungkan fakta-fakta yang ada yang dapat mempertajam pemahaman siswa dalam usahanya membangun pengetahuan barunya sendiri.

b.      Karakteristik penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran
1)      Konsep penting dalam penerapan konstruktivisme dibidang pendidikan adalah proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya kepada apa yang harus diketahuinya.
2)      Guru yang bijaksana memberikan dukungannya pada siswa dalam usahanya mencapai perkembangannya secara optimal.
3)      Proses pembelajaran yang menerapkan prinsip konstruktivisme dikelola melalui pendekatan lingkungan secara nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan siswa.

c.       Peranan guru dalam kelas berbasis konstruktivisme
1)      konstruktivisme memodifikasi teori pendidikan dan pembelajaran ke arah yang lebih manusiawi dengan memadukan kemampuan yang ada didalam diri individu dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
2)      konstruktivisme memodifikasi tugas dan peranan guru dari bersifat menentukan berubah menjadi memberikan bantuan kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya.
3)      guru adalah fasilitator.
4)      guru merupakan mediator.
5)      guru adalah motivator.


-          Teori Belajar Konstruktivisme

 
 
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kongnitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan :
1.      Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama.
2.      Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, penggelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
3.      Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan, proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).



-          Ayat Al-Qur’an
QS. Al-An’am ayat 76-79
1.      Ayat 76
فَلَمَّ جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَيِّ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لاَ أُحِبُّ الآفِلِيْنَ
“ ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “inilah Tuhanku” tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : “saya tidak suka kepada yang tenggelam”.

2.      Ayat 77
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَيِّ أفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِيْ رَيِّ لأكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّيْنَ
“ kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “ sesungguhnya jika Tuhanku tidak member petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.

3.      Ayat 78
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَيِّ هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُوْنَ
“ kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “ inilah Tuhanku, ini yang paling besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.

4.      Ayat 79
إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“ sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.

SUMBER       :
·         Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010.
·         Dr.Nyayi Khodijah,S.Ag.,M.Si, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
·         Ratna Yudhawati, S.Psi.,M.Psi dan Dany Haryanto, S.S, Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta:  PT. Prestasi Pustakarya, 2011.









 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( R P P )

Satuan Pendidikan      :  MTs
Mata Pelajaran            : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester          : VII (Tujuh) / Ganjil
Materi Pokok              : Cinta Ilmu Pengetahuan
Alokasi Waktu            : 1 pertemuan (1 x 25  menit)

A.      TUJUAN PEMBELAJARAN
1.         Diberikan kesempatan menghafal arti surah secara kelompok, Peserta didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadallah/58:11.
2.         Diberikan kesempatan berdiskusi dengan temannya dalam satu kelompok, peserta didik dapat menjelaskan makna isi kandungan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadallah/58:11 serta hadis tentang menuntut ilmu dengan benar.

B.       KOMPETENSI DASAR dan INDIKATOR
1.      Kompetensi
3.3. Memahami isi kandungan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11 serta hadis yang terkait tentang menuntut ilmu.
2.      Indikator
a.       Peserta didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11.
b.      Peserta didik dapat menjelaskan isi dan kandungan surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadallah/58:11.

C.      MATERI PEMBELAJARAN:
1.         Makna (Terjemahan) QS. ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
2.         Isi dan kandungan QS. ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11, serta hadis terkait.


D.      METODE PEMBELAJARAN
1.      Pendekatan Scientific
2.      Metode drill, Gallery Walk (Pameran Berjalan).

E.       SUMBER BELAJAR
1.         Kitab al-Quranul Karim dan terjemahnya, Depag RI
2.         Buku siswa PAI dan PB MTs Kelas VII

F.       MEDIA PEMBELAJARAN
                  1.     Media
a.         Power point dengan tema cinta ilmu pengetahuan (QS. ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11)
                  2.     Alat
                               a.      Komputer
                               b.      LCD Projector
                               c.      Kertas Plano (bufallo), spidol

G.      LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN          
1.         Pendahuluan  ( 5 menit )
                            a.          Guru membuka pembelajaran dengan salam dan basmalah, dilanjutkan dengan mengucapkan salam sapa.
                           b.          Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran  dan memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk peserta didik.
                            c.          Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkaitan dengan materi pelajaran.
                           d.          Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
                            e.          Guru mengkondisikan peserta didik untuk membentuk kelompok-kelompok kecil
(terdiri 4-5 siswa)
                            f.          Guru membagikan kertas plano (bufallo) kepada masing-masing kelompok
                           g.          Guru menyampaikan tema pelajaran yang akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok

2.         Kegiatan inti ( 15 menit)
a.         Mengamati
·         Peserta didik memperhatikan tayangan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan
Q.S. al-Mujadalah(58):11 beserta artinya.
·         Peserta didik menelaah sumber belajar (buku siswa) tentang isi dan kandungan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, Q.S. al-Mujadalah(58):11.
b.        Menanya
·         Peserta didik dengan dibantu motivasi dari guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi dan kandungan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11.
c.         Eksplore
·         Secara berkelompok peserta didik membaca arti ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11 sampai hafal secara bekerja sama dan melakukan penilaian antar teman.
d.        Mengkomunikasikan
·         Presenter kelompok secara bergiliran mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok lain.
·         Para peserta didik memberikan koreksi bersama

3.         Penutup
                              1.            Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
                              2.            Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
                              3.            Guru memberikan reward kepada “seluruh kelompok”  atas hasil diskusi dan presentasinya serta kekompakannya.
                              4.            Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
                              5.            Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.