“ KONSTRUKTIVISME “
UAS
Psikologi Pendidikan
Nuraida, M.Si
Oleh :
Tifa Mufida F.H (1113018200065)
Manajemen Pendidikan
A.
Latar
Belakang Masalah
Usaha mengembangkan manusia dan
masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggung jawab, dapat mendidik dirinya
sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkaloborasi dalam memecahkan masalah,
diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri
manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer
begitu saja, melainkan harus di interpretasikan sendiri oleh masing-masing
individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang
sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Banyak peserta didik yang
salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan
sendiri oleh peserta didik tersebut.
Peran guru dalam pembelajaran bukan
pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan
stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika
peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan
materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk
belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan akhirnya peserta didik
tersebut mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Seorang guru perlu
memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka
seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan
dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya
untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan dimana mungkin konsepsi itu
salah, dan jika ternyata benar makan pendidik harus membantu siswa dalam
mengkonstruk konsepsi tersebut agar lebih matang.
Melihat dari permasalahan tersebut,
saya akan membahas konstruktivisme untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa
dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya
peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan
konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman siswa yang diperoleh dari
lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B.
Tujuan
Penulisan
·
Ranah
Kognitif (C4)
Mahasiswa
mampu memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimilikinya.
·
Ranah
Afektif (A5)
Mahasiswa
mampu membuktikan, apakah pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
telah berhasil diterapkan atau belum dalam memecahkan masalah.
·
Ranah
Psikomotor (P2)
Mahasiswa
mampu membangun pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari pemahamannya
dalam memecahkan masalah.
C.
Teori
-
Pengertian
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang
berkeyakinan bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri
tentang dunia di sekitarnya atau dengan kata lain anak dapat membelajarkan
dirinya sendiri melalui berbagai pengalamannya (Bartlett 1932, Jonasson, 1991).
Dengan demikian, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan
sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas
kaloboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian memungkinkan si
pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Pembelajaran merupakan aktivitas pengaturan lingkungan agar terjadi proses
belajar, yaitu interaksi si pembelajar dengan lingkungannya.
Inti dari kegiatan pembelajaran dalam hal ini adalah penataan
lingkungan belajar. Lingkungan belajar berarti tempat dimana si pembelajar
dapat berkerjasama dan saling mendukung satu sama lain, sebagaimana mereka
menggunakan berbagai sarana dan sumber informasi dalam mencapai tujuan belajar
dan aktivitas pemecahan masalah (Wilson, 1996). Sedangkan tujuan belajar
menurut konstruktivis adalah menanamkan pada diri si pembelajar rasa tanggung
jawab dan kemandirian, mampu mengembangkan studi, penyelidikan dan pemecahan
masalah nyata, kebermaknaan dan berdasarkan situasi nyata, dan menggunakan
aktivitas belajar dinamik yang dapat meningkatkan pada level operasi tingkat
tinggi.
Menurut
Eggen dan Kauchak (1997), ada empat ciri teori konstruktivis, yaitu : (1) dalam
proses belajar, individu mengembangkan pemahaman sendiri, bukan menerima
pemahaman dari orang lain, (2) proses belajar sangat tergantung pada pemahaman
yang telah dimiliki sebelumnya, (3) belajar difasilitasi oleh interaksi social,
dan (4) belajar yang bermakna (meaningful learning) timbul dalam
tugas-tugas belajar yang autentik.
Penerapan
konstruktivisme dalam pendidikan dan pembelajaran
a.
Prinsip-prinsip
penerapan konstruktivisme
1)
Belajar
perlu dimulai dari isu-isu yang berkaitan dengan kegiatan siswa dalam
mengkonstruk pemahaman dan pengetahuannya secara aktif.
2)
Proses
pembelajaran pelu disusun dengan memperhatikan konsep utama dan bagian-bagian
yang berkaitan dengan konsep utama tersebut.
3)
Pemahaman
terhadap model mental yang digunakan siswa dalam memahami dunia sekitarnya dan
asumsi-asumsi yang menjadi dasar dalam pengembangan model mental tersebut perlu
dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses pembelajaran.
4)
Assessment
merupakan bagian dari proses belajar.
5)
Berkaitan
dengan pandangan konstruktivisme terhadap kemampuan siswa dalam membangun
pemahaman dan pengetahuannya sendiri.
6)
konstruktivisme
menganjurkan agar menghindari pemberian nilai berdasarkan tes yang telah
distandarisasi.
7)
Pembelajaran
yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menekankan peranan pendidikan dalam
menghubungkan fakta-fakta yang ada yang dapat mempertajam pemahaman siswa dalam
usahanya membangun pengetahuan barunya sendiri.
b.
Karakteristik
penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran
1)
Konsep
penting dalam penerapan konstruktivisme dibidang pendidikan adalah proses
pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimilikinya kepada apa yang harus diketahuinya.
2)
Guru
yang bijaksana memberikan dukungannya pada siswa dalam usahanya mencapai
perkembangannya secara optimal.
3)
Proses
pembelajaran yang menerapkan prinsip konstruktivisme dikelola melalui
pendekatan lingkungan secara nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan
siswa.
c.
Peranan
guru dalam kelas berbasis konstruktivisme
1)
konstruktivisme
memodifikasi teori pendidikan dan pembelajaran ke arah yang lebih manusiawi
dengan memadukan kemampuan yang ada didalam diri individu dengan lingkungan
yang ada disekitarnya.
2)
konstruktivisme
memodifikasi tugas dan peranan guru dari bersifat menentukan berubah menjadi
memberikan bantuan kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan
pengetahuannya.
3)
guru
adalah fasilitator.
4)
guru
merupakan mediator.
5)
guru
adalah motivator.
-
Teori
Belajar Konstruktivisme
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan
dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget.
Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan kongnitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak
untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir
hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya pada
tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang,
melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada
seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Tiga
dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau
tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental.
Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan :
1.
Perkembangan
intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan
tersebut dan dengan urutan yang sama.
2.
Tahap-tahap
tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental
(pengurutan, pengekalan, penggelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan
kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
3.
Gerak
melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan, proses pengembangan
yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur
kognitif yang timbul (akomodasi).
-
Ayat
Al-Qur’an
QS. Al-An’am
ayat 76-79
1.
Ayat
76
فَلَمَّ جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا
قَالَ هَذَا رَيِّ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لاَ أُحِبُّ الآفِلِيْنَ
“ ketika malam telah menjadi gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “inilah Tuhanku” tetapi tatkala
bintang itu tenggelam dia berkata : “saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
2. Ayat 77
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَيِّ أفَلَ قَالَ
لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِيْ رَيِّ لأكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّيْنَ
“ kemudian tatkala dia melihat bulan terbit
dia berkata: “inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “
sesungguhnya jika Tuhanku tidak member petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk
orang-orang yang sesat”.
3.
Ayat
78
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَيِّ هَذَا أَكْبَرُ
فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُوْنَ
“ kemudian tatkala dia melihat matahari
terbit, dia berkata: “ inilah Tuhanku, ini yang paling besar”, maka tatkala
matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
4.
Ayat
79
إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“ sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan”.
SUMBER :
·
Martini
Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan
Penamas Murni, 2010.
·
Dr.Nyayi
Khodijah,S.Ag.,M.Si, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2014.
·
Ratna
Yudhawati, S.Psi.,M.Psi dan Dany Haryanto, S.S, Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan,
Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011.
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
( R P P )
Satuan Pendidikan : MTs
Mata Pelajaran :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester :
VII (Tujuh) / Ganjil
Materi Pokok : Cinta Ilmu Pengetahuan
Alokasi Waktu :
1 pertemuan (1 x 25 menit)
A.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
Diberikan kesempatan menghafal arti surah secara kelompok,
Peserta didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33 dan surah
al-Mujadallah/58:11.
2.
Diberikan kesempatan berdiskusi dengan temannya dalam satu
kelompok, peserta didik dapat menjelaskan makna isi kandungan surah
ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadallah/58:11 serta hadis
tentang menuntut ilmu dengan benar.
B.
KOMPETENSI
DASAR dan
INDIKATOR
1. Kompetensi
3.3. Memahami isi kandungan surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11 serta hadis yang terkait tentang
menuntut ilmu.
2.
Indikator
a.
Peserta
didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11.
b.
Peserta didik dapat menjelaskan isi dan kandungan surah
ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadallah/58:11.
C.
MATERI PEMBELAJARAN:
1.
Makna (Terjemahan) QS. ar-Rahman/55:33 dan surah
al-Mujadalah/58:11
2.
Isi dan kandungan QS. ar-Rahman/55:33 dan surah
al-Mujadalah/58:11, serta hadis terkait.
D.
METODE
PEMBELAJARAN
1.
Pendekatan
Scientific
2.
Metode drill, Gallery Walk (Pameran Berjalan).
E.
SUMBER BELAJAR
1.
Kitab
al-Qur’anul Karim dan terjemahnya, Depag RI
2.
Buku
siswa PAI dan PB MTs Kelas VII
F.
MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media
a.
Power
point dengan tema cinta ilmu pengetahuan (QS. ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11)
2. Alat
a.
Komputer
b.
LCD
Projector
c.
Kertas
Plano (bufallo), spidol
G.
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1.
Pendahuluan ( 5 menit )
a.
Guru
membuka pembelajaran dengan salam dan basmalah, dilanjutkan dengan mengucapkan
salam sapa.
b.
Guru
memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian,
posisi dan tempat duduk peserta didik.
c.
Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif
yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
d.
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
e.
Guru mengkondisikan peserta didik untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil
(terdiri 4-5 siswa)
f.
Guru membagikan kertas plano (bufallo) kepada masing-masing
kelompok
g.
Guru menyampaikan tema pelajaran yang akan didiskusikan oleh masing-masing
kelompok
2.
Kegiatan inti ( 15 menit)
a.
Mengamati
·
Peserta didik memperhatikan tayangan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan
Q.S. al-Mujadalah(58):11 beserta artinya.
·
Peserta
didik menelaah sumber belajar (buku siswa) tentang isi dan kandungan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, Q.S. al-Mujadalah(58):11.
b.
Menanya
·
Peserta didik dengan dibantu motivasi dari guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi
dan kandungan ayat
Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11.
c.
Eksplore
·
Secara berkelompok peserta didik membaca arti ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11 sampai hafal secara bekerja sama dan melakukan penilaian antar
teman.
d.
Mengkomunikasikan
·
Presenter kelompok secara bergiliran
mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok lain.
·
Para peserta didik memberikan koreksi bersama
3.
Penutup
1.
Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
2.
Bersama-sama melakukan
refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3.
Guru memberikan reward
kepada “seluruh kelompok” atas hasil
diskusi dan presentasinya serta kekompakannya.
4.
Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
5.
Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.