Selasa, 15 Juli 2014

Perbaikan "UAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN"



“ TEORI KONSTRUKTIVISME “
Oleh :
Tifa Mufida F.H         (1113018200065)
Manajemen Pendidikan (2B)

A.    Latar Belakang Masalah
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggung jawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkaloborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus di interpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut.
Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan dimana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar makan pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut agar lebih matang.
Melihat dari permasalahan tersebut, saya akan membahas konstruktivisme untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.

B.     Tujuan Penulisan
·         Ranah Kognitif (C4)
Mahasiswa mampu memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
·         Ranah Afektif (A5)
Mahasiswa mampu membuktikan, apakah pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya telah berhasil diterapkan atau belum dalam memecahkan masalah.
·         Ranah Psikomotor (P2)
Mahasiswa mampu membangun pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari pemahamannya dalam memecahkan masalah.

C.     Teori
-          Pengertian
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya atau dengan kata lain anak dapat membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai pengalamannya (Bartlett 1932, Jonasson, 1991).
Dengan demikian, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas kaloboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian memungkinkan si pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si pembelajar dengan lingkungannya.
Inti dari kegiatan pembelajaran dalam hal ini adalah penataan lingkungan belajar. Lingkungan belajar berarti tempat dimana si pembelajar dapat berkerjasama dan saling mendukung satu sama lain, sebagaimana mereka menggunakan berbagai sarana dan sumber informasi dalam mencapai tujuan belajar dan aktivitas pemecahan masalah (Wilson, 1996). Sedangkan tujuan belajar menurut konstruktivis adalah menanamkan pada diri si pembelajar rasa tanggung jawab dan kemandirian, mampu mengembangkan studi, penyelidikan dan pemecahan masalah nyata, kebermaknaan dan berdasarkan situasi nyata, dan menggunakan aktivitas belajar dinamik yang dapat meningkatkan pada level operasi tingkat tinggi.
Menurut Eggen dan Kauchak (1997), ada empat ciri teori konstruktivis, yaitu : (1) dalam proses belajar, individu mengembangkan pemahaman sendiri, bukan menerima pemahaman dari orang lain, (2) proses belajar sangat tergantung pada pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya, (3) belajar difasilitasi oleh interaksi social, dan (4) belajar yang bermakna (meaningful learning) timbul dalam tugas-tugas belajar yang autentik.

Penerapan konstruktivisme dalam pendidikan dan pembelajaran
a.       Prinsip-prinsip penerapan konstruktivisme
1)      Belajar perlu dimulai dari isu-isu yang berkaitan dengan kegiatan siswa dalam mengkonstruk pemahaman dan pengetahuannya secara aktif.
2)      Proses pembelajaran pelu disusun dengan memperhatikan konsep utama dan bagian-bagian yang berkaitan dengan konsep utama tersebut.
3)      Pemahaman terhadap model mental yang digunakan siswa dalam memahami dunia sekitarnya dan asumsi-asumsi yang menjadi dasar dalam pengembangan model mental tersebut perlu dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses pembelajaran.
4)      Assessment merupakan bagian dari proses belajar.
5)      Berkaitan dengan pandangan konstruktivisme terhadap kemampuan siswa dalam membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri.
6)      konstruktivisme menganjurkan agar menghindari pemberian nilai berdasarkan tes yang telah distandarisasi.
7)      Pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menekankan peranan pendidikan dalam menghubungkan fakta-fakta yang ada yang dapat mempertajam pemahaman siswa dalam usahanya membangun pengetahuan barunya sendiri.

b.      Karakteristik penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran
1)      Konsep penting dalam penerapan konstruktivisme dibidang pendidikan adalah proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya kepada apa yang harus diketahuinya.
2)      Guru yang bijaksana memberikan dukungannya pada siswa dalam usahanya mencapai perkembangannya secara optimal.
3)      Proses pembelajaran yang menerapkan prinsip konstruktivisme dikelola melalui pendekatan lingkungan secara nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan siswa.

c.       Peranan guru dalam kelas berbasis konstruktivisme
1)      konstruktivisme memodifikasi teori pendidikan dan pembelajaran ke arah yang lebih manusiawi dengan memadukan kemampuan yang ada didalam diri individu dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
2)      konstruktivisme memodifikasi tugas dan peranan guru dari bersifat menentukan berubah menjadi memberikan bantuan kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya.
3)      guru adalah fasilitator.
4)      guru merupakan mediator.
5)      guru adalah motivator.


-          Teori Belajar Konstruktivisme
k2.jpgSalah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kongnitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan :
1.      Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama.
2.      Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, penggelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
3.      Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan, proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).



-          Penguatan Ayat Al-Qur’an
QS. Al-An’am ayat 76-79
1.      Ayat 76
فَلَمَّ جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَيِّ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لاَ أُحِبُّ الآفِلِيْنَ
“ ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “inilah Tuhanku” tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : “saya tidak suka kepada yang tenggelam”.

2.      Ayat 77
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَيِّ أفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِيْ رَيِّ لأكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّيْنَ
“ kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “ sesungguhnya jika Tuhanku tidak member petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.

3.      Ayat 78
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَيِّ هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُوْنَ
“ kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “ inilah Tuhanku, ini yang paling besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.

4.      Ayat 79
إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“ sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.

-          Analisis Teori Konstruktivisme
a.       Kelebihan
·         Berfikir alam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, membuat ide, dan mengambil keputusan.
·         Faham, karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengaplikasikannya dalam sebuah situasi.
·         Ingat, karema murid terlibat langsung dengan aktif. Mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
·         Kemahiran sosial, diperoleh apabilah berinteraksi dengan teman maupun gurunya dalam membina pengetahuan itu.
·         Bersemangat, karena mereka terlibat secara terus menerus sehingga mereka paham, ingat, yakin, dan berinteraksi secara mahir, maka mereka akan lebih bersemangat dalam membina pengetahuan baru.
b.      Kelemahan
·         Kelemahannya dapat dilihat dalam proses belajarnya yang dimana peran guru sebagai pendidik yang kurang begitu mendukung.

-          Aplikasi Teori Konstruktivisme
a.       Peranan Siswa
Menurut pandangan konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan nemberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang member peluang optimal bagi terjadinya proses belajar. Namun, yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Konstruktivisme memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
b.      Peranan Guru
Dalam teori konstruktivisme, guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
c.       Sarana Belajar
Pendekatan Konstruktivisme menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
d.      Evaluasi Belajar
Pandangan Konstruktivisme menekankan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Dan siswa akan dapat menginterpretasikan informasi kedalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang, dan minatnya dan guru dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dan eksternal.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( R P P )

Satuan Pendidikan      :  MTs
Mata Pelajaran            : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester          : VII (Tujuh) / Ganjil
Materi Pokok              : Cinta Ilmu Pengetahuan
Alokasi Waktu            : 1 pertemuan (1 x 25  menit)

A.      TUJUAN PEMBELAJARAN
1.        Diberikan kesempatan menghafal arti surah secara kelompok, Peserta didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadallah/58:11.
2.        Diberikan kesempatan berdiskusi dengan temannya dalam satu kelompok, peserta didik dapat menjelaskan makna isi kandungan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadallah/58:11 serta hadis tentang menuntut ilmu dengan benar.

Penjelasan Perkembangan Kognitif
Proses perkembangan kognitif manusia pada dasarnya merupakan proses psikologis yang mana didalamnya melibatkan proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan-kegiatan mental seperti mengingat, berpikir, menimbang, mengamati, menganalisis, mengsintesis, mengevaluasi dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Dalam tahapan kemampuan perkembangan kognitif bahwa seseorang dapat membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungannya.
              Siswa diharapkan mampu :
a.       Menjelaskan pengertian yang terkandung dalam surah tersebut (C2).
b.      Mampu menelaah mengenai materi yang sedang dipelajari (C4).
c.       Mampu mengimplementasikan kandungan atau kesimpulan penting yang ada pada surah tersebut (C3)

Penjelasan Perkembangan Afektif
Perkembangan Afektif merupakan suatu persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri dengan kata lain seseorang yang mengerti ataupun mengetahui konsep dirinya  maka seseorang tersebut mampu menilai seberapa besar kemampuan yang ia miliki, potensi yang berdampak psitif terhadap dirinya serta kondisi fisik dirinya terharap dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Siswa diharapkan mampu :         
a.       Menunjukkan sikap yang dapat menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari yang didapat melalui contoh perilaku dalam kandungan surah tersebut. (A5)
b.      Meyakini dalam kehidupannya bahwa banyak pengetahuan yang didapat melalui ayat-ayat Al-Quran yang telah dibacanya dan kemudian diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. (A3)  

Penjelasan Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Perkembangan fisik dan psikomotorik sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individu.
Siswa diharapkan mampu :
a.       Siswa mampu menerapkan segala contoh perilaku yang ada dalam kandungan ayat   tersebut. (P3)
b.      Siswa mampu mengembangkan materi yang telah diberikan dan menyajikan materi tersebut kepada teman diskusi. (P4)

B.       KOMPETENSI DASAR dan INDIKATOR
1.      Kompetensi
3.3. Memahami isi kandungan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11 serta hadis yang terkait tentang menuntut ilmu.
2.      Indikator
a.       Peserta didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11.
b.      Peserta didik dapat menjelaskan isi dan kandungan surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadallah/58:11.

C.      MATERI PEMBELAJARAN:
1.        Makna (Terjemahan) QS. ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
2.        Isi dan kandungan QS. ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11, serta hadis terkait.

D.      METODE PEMBELAJARAN
1.      Pendekatan Scientific
2.      Tanya Jawab
Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pertanyaan yang belum mereka pahami dan menjawab pertanyaan guru sesuai dengan konsep yang dimiliki. Tanya jawab pada pembelajaran akan menumbuhkan percaya diri pada peserta didik. Selain itu bisa dibentuk kelompok dalam proses tanya jawab sehingga bagi siswa   yang pasif bisa menanyakan berbagai macam materi pembelajaran yang belum ia mengerti sebelumnya. (PB Teori Bakat Multiple Intelligence)
3.      Metode drill, Gallery Walk (Pameran Berjalan).
Anak mulai menyesuaikan diri dengan realita konkrit dan berkembang rasa ingin tahu, anak juga sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun masih membutuhkan bantuan objek konkrit. Dalam metode pembelajaran model Gallery Walk bisa digunakan untuk mengembangkan kreativitas si anak. (PB 10: Perkembangan Kreativitas).
4.      Kontekstual learning
Suatu proses pembelajaran yang holistic dan berrtujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dalam kontekstual learning biasanya dapa dilakukan pada saat awal pembelajaran sehingga sebelum mendapatkan materi pembelajaran para peserta didik dalam dirinya mendapatkan motivasi serta hal-hal yang dapat membangkitkan dirinya lebih kearah aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak adanya lagi dalam proses pembelajaran seorang guru menemukan para peserta didiknya mengalami sifat kejenuhan dalam proses pembelajaran karena sangat berdampak tidak baik terhadap psikis siswa seperti kurangnya kefokusan peserta didik terhadap materi yang diberikan oleh guru.  (PB 11: Cara mengatasi jenuh dalam belajar)

E.       SUMBER BELAJAR
1.        Kitab al-Quranul Karim dan terjemahnya, Depag RI
2.        Buku siswa PAI dan PB MTs Kelas VII

F.       MEDIA PEMBELAJARAN
                  1.     Media
a.         Power point dengan tema cinta ilmu pengetahuan (QS. ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11)
                  2.     Alat
                               a.      Komputer
                               b.      LCD Projector
                               c.      Kertas Plano (bufallo), spidol

G.      LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN          
1.        Pendahuluan  ( 5 menit )
                            a.          Guru membuka pembelajaran dengan salam dan basmalah, dilanjutkan dengan mengucapkan salam sapa.
                           b.          Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran  dan memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk peserta didik.
                            c.          Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkaitan dengan materi pelajaran.
                           d.          Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
                            e.          Guru mengkondisikan peserta didik untuk membentuk kelompok-kelompok kecil
(terdiri 4-5 siswa)
                            f.          Guru membagikan kertas plano (bufallo) kepada masing-masing kelompok
                           g.          Guru menyampaikan tema pelajaran yang akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok

2.        Kegiatan inti ( 15 menit)
a.         Mengamati
·         Peserta didik memperhatikan tayangan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan
Q.S. al-Mujadalah(58):11 beserta artinya.
·         Peserta didik menelaah sumber belajar (buku siswa) tentang isi dan kandungan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, Q.S. al-Mujadalah(58):11.
b.        Menanya
·         Peserta didik dengan dibantu motivasi dari guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi dan kandungan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11.
c.         Eksplore
·         Secara berkelompok peserta didik membaca arti ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11 sampai hafal secara bekerja sama dan melakukan penilaian antar teman.
d.        Mengkomunikasikan
·         Presenter kelompok secara bergiliran mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok lain.
·         Para peserta didik memberikan koreksi bersama

3.        Penutup
                              1.            Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
                              2.            Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
                              3.            Guru memberikan reward kepada “seluruh kelompok”  atas hasil diskusi dan presentasinya serta kekompakannya.
                              4.            Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
                              5.            Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.


SUMBER      :
·         Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010.
·         Dr.Nyayi Khodijah,S.Ag.,M.Si, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
·         Ratna Yudhawati, S.Psi.,M.Psi dan Dany Haryanto, S.S, Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta:  PT. Prestasi Pustakarya, 2011.