“ TEORI KONSTRUKTIVISME “
Oleh :
Tifa Mufida F.H (1113018200065)
Manajemen Pendidikan (2B)
A.
Latar
Belakang Masalah
Usaha
mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri,
bertanggung jawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu
berkaloborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang
mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek
pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan
tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus di interpretasikan sendiri
oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang
sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses
itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal
ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan
harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut.
Peran guru dalam
pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator,
yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan
bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan
media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi,
tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan akhirnya
peserta didik tersebut mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Seorang
guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak
demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang
benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar
bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan
sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan dimana
mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar makan pendidik harus
membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut agar lebih matang.
Melihat dari
permasalahan tersebut, saya akan membahas konstruktivisme untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa
mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri,
sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai
pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan
pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B.
Tujuan
Penulisan
·
Ranah
Kognitif (C4)
Mahasiswa
mampu memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimilikinya.
·
Ranah
Afektif (A5)
Mahasiswa
mampu membuktikan, apakah pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya telah berhasil diterapkan atau belum dalam memecahkan masalah.
·
Ranah
Psikomotor (P2)
Mahasiswa
mampu membangun pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari
pemahamannya dalam memecahkan masalah.
C.
Teori
-
Pengertian
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang
berkeyakinan bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri
tentang dunia di sekitarnya atau dengan kata lain anak dapat membelajarkan
dirinya sendiri melalui berbagai pengalamannya (Bartlett 1932, Jonasson, 1991).
Dengan demikian, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan
sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas
kaloboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian memungkinkan si
pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran
merupakan aktivitas pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu
interaksi si pembelajar dengan lingkungannya.
Inti dari kegiatan pembelajaran dalam hal ini adalah penataan
lingkungan belajar. Lingkungan belajar berarti tempat dimana si pembelajar
dapat berkerjasama dan saling mendukung satu sama lain, sebagaimana mereka
menggunakan berbagai sarana dan sumber informasi dalam mencapai tujuan belajar
dan aktivitas pemecahan masalah (Wilson, 1996). Sedangkan tujuan belajar
menurut konstruktivis adalah menanamkan pada diri si pembelajar rasa tanggung
jawab dan kemandirian, mampu mengembangkan studi, penyelidikan dan pemecahan
masalah nyata, kebermaknaan dan berdasarkan situasi nyata, dan menggunakan
aktivitas belajar dinamik yang dapat meningkatkan pada level operasi tingkat
tinggi.
Menurut Eggen dan Kauchak (1997), ada empat ciri teori
konstruktivis, yaitu : (1) dalam proses belajar, individu mengembangkan
pemahaman sendiri, bukan menerima pemahaman dari orang lain, (2) proses belajar
sangat tergantung pada pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya, (3) belajar
difasilitasi oleh interaksi social, dan (4) belajar yang bermakna (meaningful
learning) timbul dalam tugas-tugas belajar yang autentik.
Penerapan
konstruktivisme dalam pendidikan dan pembelajaran
a.
Prinsip-prinsip
penerapan konstruktivisme
1)
Belajar
perlu dimulai dari isu-isu yang berkaitan dengan kegiatan siswa dalam
mengkonstruk pemahaman dan pengetahuannya secara aktif.
2)
Proses
pembelajaran pelu disusun dengan memperhatikan konsep utama dan bagian-bagian
yang berkaitan dengan konsep utama tersebut.
3)
Pemahaman
terhadap model mental yang digunakan siswa dalam memahami dunia sekitarnya dan
asumsi-asumsi yang menjadi dasar dalam pengembangan model mental tersebut perlu
dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses pembelajaran.
4)
Assessment
merupakan bagian dari proses belajar.
5)
Berkaitan
dengan pandangan konstruktivisme terhadap kemampuan siswa dalam membangun
pemahaman dan pengetahuannya sendiri.
6)
konstruktivisme
menganjurkan agar menghindari pemberian nilai berdasarkan tes yang telah
distandarisasi.
7)
Pembelajaran
yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menekankan peranan pendidikan dalam
menghubungkan fakta-fakta yang ada yang dapat mempertajam pemahaman siswa dalam
usahanya membangun pengetahuan barunya sendiri.
b.
Karakteristik
penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran
1)
Konsep
penting dalam penerapan konstruktivisme dibidang pendidikan adalah proses
pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimilikinya kepada apa yang harus diketahuinya.
2)
Guru
yang bijaksana memberikan dukungannya pada siswa dalam usahanya mencapai
perkembangannya secara optimal.
3)
Proses
pembelajaran yang menerapkan prinsip konstruktivisme dikelola melalui
pendekatan lingkungan secara nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan
siswa.
c.
Peranan
guru dalam kelas berbasis konstruktivisme
1)
konstruktivisme
memodifikasi teori pendidikan dan pembelajaran ke arah yang lebih manusiawi
dengan memadukan kemampuan yang ada didalam diri individu dengan lingkungan
yang ada disekitarnya.
2)
konstruktivisme
memodifikasi tugas dan peranan guru dari bersifat menentukan berubah menjadi
memberikan bantuan kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan
pengetahuannya.
3)
guru
adalah fasilitator.
4)
guru
merupakan mediator.
5)
guru
adalah motivator.
-
Teori
Belajar Konstruktivisme
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan
dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget.
Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan kongnitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak
untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir
hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya pada
tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan
melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa
jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Tiga
dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau
tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental.
Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan :
1.
Perkembangan
intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan
tersebut dan dengan urutan yang sama.
2.
Tahap-tahap
tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental
(pengurutan, pengekalan, penggelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan
kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
3.
Gerak
melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan, proses pengembangan
yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur
kognitif yang timbul (akomodasi).
-
Penguatan
Ayat Al-Qur’an
QS. Al-An’am
ayat 76-79
1.
Ayat
76
فَلَمَّ جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا
قَالَ هَذَا رَيِّ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لاَ أُحِبُّ الآفِلِيْنَ
“ ketika
malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata :
“inilah Tuhanku” tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : “saya tidak
suka kepada yang tenggelam”.
2. Ayat 77
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَيِّ أفَلَ قَالَ
لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِيْ رَيِّ لأكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّيْنَ
“ kemudian tatkala dia
melihat bulan terbit dia berkata: “inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu
terbenam dia berkata: “ sesungguhnya jika Tuhanku tidak member petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.
3.
Ayat
78
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَيِّ هَذَا أَكْبَرُ
فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُوْنَ
“ kemudian tatkala dia
melihat matahari terbit, dia berkata: “ inilah Tuhanku, ini yang paling besar”,
maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
4.
Ayat
79
إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“
sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan
bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.
-
Analisis
Teori Konstruktivisme
a.
Kelebihan
·
Berfikir
alam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan
masalah, membuat ide, dan mengambil keputusan.
·
Faham,
karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka
akan lebih faham dan boleh mengaplikasikannya dalam sebuah situasi.
·
Ingat,
karema murid terlibat langsung dengan aktif. Mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
·
Kemahiran
sosial, diperoleh apabilah berinteraksi dengan teman maupun gurunya dalam
membina pengetahuan itu.
·
Bersemangat,
karena mereka terlibat secara terus menerus sehingga mereka paham, ingat,
yakin, dan berinteraksi secara mahir, maka mereka akan lebih bersemangat dalam
membina pengetahuan baru.
b.
Kelemahan
·
Kelemahannya
dapat dilihat dalam proses belajarnya yang dimana peran guru sebagai pendidik
yang kurang begitu mendukung.
-
Aplikasi
Teori Konstruktivisme
a.
Peranan
Siswa
Menurut
pandangan konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa belajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan nemberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa
untuk menata lingkungan yang member peluang optimal bagi terjadinya proses
belajar. Namun, yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar
adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa
hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Konstruktivisme
memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum
mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal
tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
b.
Peranan
Guru
Dalam
teori konstruktivisme, guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. guru hanya membantu
siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami
jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim
bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemauannya.
c.
Sarana
Belajar
Pendekatan
Konstruktivisme menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah
aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu
seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan
untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan
pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian,
siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah
yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan
pemikirannya secara rasional.
d.
Evaluasi
Belajar
Pandangan
Konstruktivisme menekankan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya
berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan,
serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Dan siswa akan
dapat menginterpretasikan informasi kedalam pikirannya, hanya pada konteks
pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang, dan
minatnya dan guru dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi
fungsi konseptual dan eksternal.
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
( R P P )
Satuan Pendidikan : MTs
Mata Pelajaran : Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII (Tujuh) /
Ganjil
Materi Pokok :
Cinta Ilmu Pengetahuan
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (1 x 25 menit)
A.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
Diberikan kesempatan menghafal arti surah secara kelompok,
Peserta didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33 dan surah
al-Mujadallah/58:11.
2.
Diberikan kesempatan berdiskusi dengan temannya dalam satu
kelompok, peserta didik dapat menjelaskan makna isi kandungan surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadallah/58:11 serta hadis tentang menuntut ilmu
dengan benar.
Penjelasan
Perkembangan Kognitif
Proses perkembangan kognitif manusia
pada dasarnya merupakan proses psikologis yang mana didalamnya melibatkan
proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta
kegiatan-kegiatan mental seperti mengingat, berpikir, menimbang, mengamati,
menganalisis, mengsintesis, mengevaluasi dan memecahkan persoalan yang
berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Dalam tahapan kemampuan perkembangan
kognitif bahwa seseorang dapat membangun kemampuan kognitif melalui tindakan
yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungannya.
Siswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian yang terkandung
dalam surah tersebut (C2).
b. Mampu menelaah mengenai materi yang
sedang dipelajari (C4).
c. Mampu mengimplementasikan kandungan
atau kesimpulan penting yang ada pada surah tersebut (C3)
Penjelasan Perkembangan Afektif
Perkembangan Afektif merupakan suatu
persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri dengan kata lain seseorang yang
mengerti ataupun mengetahui konsep dirinya maka seseorang tersebut mampu
menilai seberapa besar kemampuan yang ia miliki, potensi yang berdampak psitif
terhadap dirinya serta kondisi fisik dirinya terharap dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Siswa diharapkan mampu :
a. Menunjukkan sikap yang dapat menjadi
panutan dalam kehidupan sehari-hari yang didapat melalui contoh perilaku dalam
kandungan surah tersebut. (A5)
b. Meyakini dalam kehidupannya bahwa
banyak pengetahuan yang didapat melalui ayat-ayat Al-Quran yang telah dibacanya
dan kemudian diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. (A3)
Penjelasan Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik
berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan
manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Perkembangan fisik dan
psikomotorik sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individu.
Siswa diharapkan
mampu :
a. Siswa mampu menerapkan segala contoh
perilaku yang ada dalam kandungan ayat
tersebut. (P3)
b. Siswa mampu mengembangkan materi
yang telah diberikan dan menyajikan materi tersebut kepada teman diskusi. (P4)
B.
KOMPETENSI DASAR dan
INDIKATOR
1. Kompetensi
3.3. Memahami isi
kandungan surah ar-Rahman/55:33 dan surah al-Mujadalah/58:11
serta hadis yang terkait tentang menuntut ilmu.
2.
Indikator
a.
Peserta
didik dapat menghafal arti surah ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11.
b.
Peserta didik dapat menjelaskan isi dan kandungan surah
ar-Rahman/55:33
dan surah
al-Mujadallah/58:11.
C.
MATERI PEMBELAJARAN:
1.
Makna (Terjemahan) QS. ar-Rahman/55:33 dan surah
al-Mujadalah/58:11
2.
Isi dan kandungan QS. ar-Rahman/55:33 dan surah
al-Mujadalah/58:11, serta hadis terkait.
D.
METODE PEMBELAJARAN
1.
Pendekatan
Scientific
2.
Tanya Jawab
Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pertanyaan
yang belum mereka pahami dan menjawab pertanyaan guru sesuai dengan konsep yang
dimiliki. Tanya jawab pada pembelajaran akan menumbuhkan percaya diri pada
peserta didik. Selain itu bisa dibentuk kelompok dalam proses tanya jawab
sehingga bagi siswa yang pasif bisa
menanyakan berbagai macam materi pembelajaran yang belum ia mengerti
sebelumnya. (PB Teori Bakat Multiple Intelligence)
3.
Metode drill, Gallery Walk (Pameran Berjalan).
Anak mulai menyesuaikan diri dengan realita
konkrit dan berkembang rasa ingin tahu, anak juga sudah mampu mengimajinasikan
sesuatu, meskipun masih membutuhkan bantuan objek konkrit. Dalam metode
pembelajaran model Gallery Walk bisa digunakan untuk mengembangkan kreativitas
si anak. (PB 10: Perkembangan Kreativitas).
4. Kontekstual learning
Suatu proses pembelajaran yang holistic dan berrtujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dalam kontekstual learning biasanya dapa dilakukan pada saat
awal pembelajaran sehingga sebelum mendapatkan materi pembelajaran para peserta
didik dalam dirinya mendapatkan motivasi serta hal-hal yang dapat membangkitkan
dirinya lebih kearah aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak adanya lagi
dalam proses pembelajaran seorang guru menemukan para peserta didiknya
mengalami sifat kejenuhan dalam proses pembelajaran karena sangat berdampak
tidak baik terhadap psikis siswa seperti kurangnya kefokusan peserta didik
terhadap materi yang diberikan oleh guru. (PB 11: Cara mengatasi jenuh
dalam belajar)
E.
SUMBER BELAJAR
1.
Kitab
al-Qur’anul Karim dan terjemahnya, Depag RI
2.
Buku
siswa PAI dan PB MTs Kelas VII
F.
MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media
a.
Power
point dengan tema cinta ilmu pengetahuan (QS. ar-Rahman/55:33
dan surah al-Mujadalah/58:11)
2. Alat
a.
Komputer
b.
LCD
Projector
c.
Kertas
Plano (bufallo), spidol
G.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1.
Pendahuluan ( 5 menit )
a.
Guru membuka pembelajaran dengan salam dan basmalah,
dilanjutkan dengan mengucapkan salam sapa.
b.
Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa
kehadiran, kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk peserta didik.
c.
Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif
yang berkaitan dengan materi pelajaran.
d.
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
e.
Guru mengkondisikan peserta didik untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil
(terdiri 4-5 siswa)
f.
Guru membagikan kertas plano (bufallo) kepada masing-masing
kelompok
g.
Guru menyampaikan tema pelajaran yang akan didiskusikan oleh
masing-masing kelompok
2.
Kegiatan inti ( 15 menit)
a.
Mengamati
·
Peserta didik memperhatikan tayangan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan
Q.S. al-Mujadalah(58):11 beserta artinya.
·
Peserta
didik menelaah sumber belajar (buku siswa) tentang isi dan kandungan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, Q.S. al-Mujadalah(58):11.
b.
Menanya
·
Peserta didik dengan dibantu motivasi dari guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi
dan kandungan ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11.
c.
Eksplore
·
Secara berkelompok peserta didik membaca arti ayat Q.S. Ar-Rahman(55):33, dan Q.S. al-Mujadalah(58):11 sampai hafal secara bekerja sama dan melakukan
penilaian antar teman.
d.
Mengkomunikasikan
·
Presenter kelompok secara bergiliran
mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok lain.
·
Para peserta didik memberikan koreksi bersama
3.
Penutup
1.
Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
2.
Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
3.
Guru memberikan reward kepada “seluruh kelompok” atas hasil diskusi dan presentasinya serta
kekompakannya.
4.
Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
5.
Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.
SUMBER :
·
Martini
Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan
Penamas Murni, 2010.
·
Dr.Nyayi
Khodijah,S.Ag.,M.Si, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2014.
·
Ratna
Yudhawati, S.Psi.,M.Psi dan Dany Haryanto, S.S, Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan,
Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011.